Pindah Rumah ke www.suyono.com

Februari 9, 2009

Pengumuman
Website ini telah di pindah ke alamat

www.suyono.com

CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA KEILMUAN DAN KIAT MEWUJUDKANNYA DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Februari 4, 2009

<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:”Cambria Math”; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”,”serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”,”serif”;}

Isi artikel ilmiah yang utama adalah gagasan ilmiah. Gagasan ilmiah itu akan dapat dipahami orang lain (pembaca) dengan mudah dan tepat bila gagasan ilmiah tersebut diungkapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia (BI) yang memenuhi syarat tertentu. BI yang dimaksud adalah BI yang lazim digunakan dalam dunia keilmuan atau disebut juga BI keilmuan. Mengingat komunikasi keilmuan yang utama dilakukan secara tertulis, pembahasan perihal BI keilmuan di sini hanya difokuskan pada penggunaan BI keilmuan tertulis. Bahkan BI keilmuan tertulis pun masih dibatasi lagi pada ranah penulisan artikel ilmiah untuk jurnal/berkala ilmiah.

Karakteristik atau ciri BI keilmuan merujuk pada ciri-ciri ideal yang seharusnya melekat atau dapat ditemui pada naskah-naskah tulisan ilmiah. Karakteristik BI keilmuan disebut juga sebagai ciri-ciri ideal karena ciri-ciri itu dalam kenyataannya belum sepenuhnya terwujud dalam naskah tulisan ilmiah. Bila disoroti dari ciri-ciri BI keilmuan, selalu dapat ditemukan adanya kekurangan-kekurangan dalam setiap naskah artikel yang akan diterbitkan. Bahkan, sekalipun telah melalui tahap penyuntingan, dalam kenyataannya artikel dalam jurnal itu juga masih mengandung kesalahan atau kekurangan. Atas dasar realitas itu, yang terjadi saat ini adalah penulis sedang atau telah berusaha untuk memenuhi atau mewujudkan ciri-ciri BI keilmuan dalam proses menghasilkan tulisan ilmiahnya. Usaha itu perlu terus dilakukan secara sungguh-sungguh agar pada suatu saat nanti tulisan ilmiah yang dihasilkan para cendekiawan Indonesia mempunyai kualitas tinggi dan terus meningkat.

Setidaknya ada sepuluh ciri ideal BI keilmuan, yakni (1) bertolak dari gagasan, (2) menggunakan ragam tulis, (3) menggunakan ragam formal, (4) bersifat tegas dan objektif, (5) bersifat lugas, (6) menggunakan kalimat lengkap, (7) hemat dalam penggunaan kata dan kalimat, (8) menggunakan paragraf yang baik, (9) konsisten dalam penggunaan kaidah dan unsur-unsur bahasa, dan (10) terhindar dari kesalahaan ejaan dan tanda baca. Kesepuluh ciri ideal itu seharusnya menjadi pegangan setiap penulis dan sedapat mungkin mereka berusaha mewujudkannya dalam setiap penulisan karya ilmiah terutama yang berupa artikel untuk jurnal/berkala.

Suyono

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM)

INDIKATOR BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

Januari 28, 2009

 

                Buku teks berisi materi pembelajaran yang disiapkan penulis untuk membantu siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa dan guru diharapkan benar-benar terbantu dengan kehadiran buku teks yang dikembangkan penulis. Artinya, adanya buku teks akan memungkinkan siswa dan guru lebih mudah mencari dan menemukan materi pembelajaran yang diharapkan memfasilitasi siswa mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Tegasnya, adanya buku teks diharapkan siswa akan lebih mudah mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga mereka lebih mudah dan cepat dalam menyelesaikan studi, melanjutkan studi, mempersiapkan diri memasuki dunia pekerjaan, dan belajar sepanjang hayat di tengah masyarakat. Baca entri selengkapnya »

PARADIGMA PENELITIAN PENDIDIKAN

Januari 28, 2009

Sebelum pembahasan perihal paradigma penelitian pendidikan, perlu ditegaskan bagaimana posisi masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data dalam konteks pemilihan paradigma penelitian pendidikan. Masalah, tujuan penelitian, dan karakteristik data merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan sebelum memilih paradigma penelitian tertentu. Dengan demikian, paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti mengenai masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan  apa yang akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya, paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti, jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih alat potong atau pisau bedah tertentu.

  Baca entri selengkapnya »

RUBRIK PENILAIAN KARYA ILMIAH

Januari 28, 2009

 

Komponen

Rentangan Penilaian

Kualitas

Deskripsi

Pengem-bangan Topik (Gagasan/

Isi)

30

27 – 30

Sangat Baik

Pengembangan topik sangat padat, lengkap, jelas, dan runtut

26 – 22

Baik

Pengembangan topik lengkap, jelas, dan runtut

21 – 17

Cukup

Pengembangan topik kurang lengkap, tetapi runtut

16- 13

Kurang

Pengembangan topik terbatas, tidak jelas, dan tidak runtut

12 – 9 

Sangat Kurang

Pengembangan topik sangat terbatas dan tidak relevan, atau tidak tersedia bahan untuk menilai

Baca entri selengkapnya »

APA YANG AKAN TERJADI BILA TANPA UN?

Mei 22, 2008

Bila tanpa UN, akan terjadi sejumlah kemungkinan. Pertama, pemerintah provinsi akan menyelenggarakan ujian bersama bagi sekolah di wilayah provinsi masing-masing. kedua, pemerintah kabupaten/kota akan mengadakan ujian bersama bagi sekolah di kabupaten/kota yang bersangkuitan. Ketiga, sekelompok sekolah, misalnya sekolah-sekolah satu yayasan atau sekolah negeri di wilayah tertentu atau sekolah negeri dan swasta di wilayah tertentu akan menyelenggarakan UN bersama. keempat, setiap sekolah akan menyelenggarakan ujian sendiri-sendiri. Bila kemungkinan pertama dan kedua yang terjadi, ujian itu seperti UN, hanya saja wilayahnya dipersempit untuk provinsi atau kabupaten/kota. Bila kemungkinan ketiga yang terjadi, wilayah cakupannya lebih dipersempit lagi. apalagi, bila kemungkinan keempat yang terjadi hasilnya sama sekali tdak bisa dibandingkan dengan sekolah atau wilayah lain, sehingga nilai 9 di sekolah A untuk mata pelajaran tertentu belum tentu sama kualitasnya dengan nilai 9 di sekolah atau daerah lain.

Pemerintah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan atau bahkan setiap sekolah pastilah akan berusaha dengan berbagai cara agar siswanya memperoleh hasil ujian yang tinggi. Mengapa? Hasil ujian yang tinggi (a) menunjukkan keberhasilan guru dalam mengajar, (b) menunjukkan keberhasilan kepala sekolah, (c) menunjukkan keberhasilan birokrat pendidikan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, (d) menunjukkan keberhasilan siswa . itu semua akan meningkatkan gengsi dan citra siswa, guru, kepala sekolah, dan semua pihak yang terkait. Artinya, bila tanpa UN nilai ujian yang dicapai siswa pasti akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai yang diperoleh UN. Dengan keadaan itu, apakah kita akan berpidato bahwa pada saat UN ditiadakan nilai yang dicapai siswa lebih tinggi. Apakah itu menggambarkan keberhasilan pendidikan? Padahal, sampai saat ini guru, kepala sekolah, dan orang tualah yang belum siap apabila ada siswa atau putra-putrinya tidak lulus sekolah.

SIASAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Februari 9, 2008

 Oleh Suyono

Jurusan Sastra Indonesia FS UM

Perencanaan pembelajaran merupakan tahapan penting yang harus dilakukan guru sebelum mereka melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, ia harus dikerjakan secara sungguh-sungguh dan bukan hanya untuk memenuhi syarat administrasi akademik atau sekedar menyenangkan pengawas. Baca entri selengkapnya »

BAGAIMANA MEMBENAHI PENDIDIKAN KITA?

Februari 9, 2008

Oleh Suyono

Sektor pendidikan sesungguhnya merupakan investasi jangka bangsa Indonesia. Sebagai bentuk investasi seharusnya sektor pendidikan dikelola secara benar dan sungguh-sungguh. Dalam kaitan itu, keberadaan dana bukan faktor penentu yang utama. Faktor penentu utama adalah komitmen seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat. Agar investasi di sektor pendidikan benar-benar berdampak bagi kemajuan bangsa, pengelolaan yang benar dan komitmen yang kuat perlu dijaga bersama. bagaimana caranya? Baca entri selengkapnya »

BENTUK TES DAN TINGKAH LAKU BELAJAR

Februari 9, 2008

 Oleh : Rini Susanti, M.Pd *)

Abstrak Tingkah laku belajar dapat dibentuk oleh bentuk tes yang dihadapinya. Tes bentuk objektif mengukur level kognitif yang rendah sehingga mendorong pelajar untuk belajar secara memorisasi. Di lain pihak, tes esai mengukur level kognitif yang kompleks sehingga pelajar yang bertingkah laku belajar memahami memperoleh hasil yang lebih baik. Hal ini terjadi karena perbedaan bentuk tes memberikan hasil yang berbeda pada pelajar yang memiliki tingkah laku belajar yang berbeda. — selengkapnya>

Selamat Datang

Februari 9, 2008

Selamat datang di blog ini Baca entri selengkapnya »